Jumat, 08 April 2011
Salah Kaprah dalam Pelafalan Bahasa Indonesia
Melihat sejarah perkembangan bahasa Indonesia yang hampir mencapai satu abad, ternyata bukanlah hal yang mudah untuk menyempurnakannya dan menjaga dari pengaruh-pengaruh bahasa-bahasa lain (asing). Bahasa Indonesia masih belum cukup dewasa menahan gempuran dari bahasa-bahasa asing yang selalu mempengaruhinya. Selain ketidakmampuaannya dalam menahan gempuran, bahasa Indonesia juga masih ada yang terjadi salah kaprah penggunaanya, yang kali ini penulis coba mengangkat kesalahkaprahan bahasa Indonesia, dari segi cara pelafalan membaca akrostik dan akronim.
Bahasa Indonesia dari segi pembacaan kata akrostik dan akronim masihbanyak-apakah karena sengaja atau karena sudah menjadi kebiasaan- yang salah kaprah. Ada beberapa kata yang pelafalannya kita menyesuaikan dengan lidah melayu, namun ada juga yang sedikit menggilitik lidah kita pelafalannya mengikuti dari kata aslinya –maksudnya bahasa asing- yang secara tidak sadar kita menganggap bahwa itu adalah pelafalan lidah orang melayu, khususnya orang Indonesia. Berikut akan penulis coba berikan contoh, mudah-mudahan menggugah hati anda.
Antara TV dan TVRI
Dalam pengucapannya, kita mengucapkannya dengan gaya pelafalan ejaan bahasa Inggris. TV (baca: tivi) mengapa kita tidak melafalkannya ‘teve’. Bukankah dalam bahasa Indonesia fonem t dibaca ‘te’ dan fonem v dibaca ‘ve’? Mungkin jika ingin membeli TV dan melafalkannya dengan ‘teve’ sudah pasti kita akan ditertawakan. Namun, ketika melafalkan nama stasiun TV pemerintah ‘TVRI’, kita melafalkannya dengan te-ve-er-i- bukan ti-vi-ar-ei-. Bagaimana menurut Anda, apakah benar? Hal ini sudah memasyarakat pada pengguna Bahasa Indonesia, suatu kesalahan yang sudah menjadi anggapan benar.
KFC dan A&W
Begitu juga dengan pelafalan dua merek dagang makanan dari luar negeri ini. KFC dan A&W. Kita melafalkan KFC dengan ka-ef-ci sesuai dengan pelafalan bahasa Inggris. Namun, ketika bertemu dengan merk dagang yang berbeda namun asalnya sama kita melafalkan A&W dengan pelafalan lidah melayu -a- dan –w-. Mengapa kita tidak melafalkannya sama seperti melafalkan KFC. Baca saja A&W dengan (Ei and doble yuu). Kini gilirannya, jika melafalkan demikian –ei and doubleyuu-, bisa jadi kita dibilang katrok oleh orang yang mendengarnya.
DVD dan VCD
Pelafalan DVD dan VCD Orang indonesia melafalkannya bukan (de-ve-de) tetapi (di-vi-di) Mengikuti pelafalan bahasa inggris. Begitu juga dengan VCD dilafalkan dengan vi-ci-di.
Handphone (HP)
Pada alat elektronnik yang satu ini pun kita juga salah kaprah.Mengapa pada pelafalannya kita tidak melafalkan dengan lidah Inggris. HP dibaca (eitch-pi). Tapi dalam kesehariannya kita melafalkan HP (hape). Bagaimana menurut Anda?
Tetapi walaupun demikian, tidak semua pelafalan dalam bahasa indonesia yang diserap dari bahasa asing menjadi salah kaprah. Satu contoh yang tepat, computer yang dalam bahasa Inggris dibaca –kompiyuterr-, tetapi dalam bahasa Indonesia diserap komputer, pelafalannya pun menjadi komputer. Sesuai dengan lidah orang Melayu bukan?
Melihat adanya kesalah kaprahan yang terjadi, semoga kita tidak semakin manambah kesalahan yang sudah ada. Belajarlah dari kesalahan. Hal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab lembaga, badan, departemen atau sejenisnya yang menangani masalah kebahasaan, tetapi ini juga menjadi masalah kita sebagai masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Untuk ke depannya semoga dalam proses penyerapan bahasa asing kita tidak salah kaprah lagi.
( netsains.com )
Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup standard kompetensi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia meliputi aspek kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra. Aspek kemampuan berbahasa meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis yang berkaitan dengan ragam bahasa nonsastra.
Adapun aspek kemampuan bersastra meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis yang berkaitan dengan ragam sastra. Ruang lingkup mata pendidikan Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek seperti Mendengarkan, Berbicara, Membaca, dan Menulis.
( asepyudha.staff.uns.ac.id )
Perubahan Makna
1..Meluas/generalisasi
Makna kata sekarang lebih luas daripada makna asalnya.
Contoh:Petani,peternak,berlayar,ibu,dan sebagainya.
2.Menyempit/spesialisasi
Makan sekarang lebih sempit daripada makna asalnya
Contoh:Pendeta,sarjana,sastra,pembantu,dan sebagainya.
3.Amelioratif
Makna kata sekarang lebih baik daripada makna kata asalnya.
Contoh:Wanita,pramuniaga,warakawuri,rombongan,dan sebagainya.
4.Peyoratif
Makna sekarang lebih jelek daripada makna kata asalnya.
Contoh:Kawin,gerombolan,oknum,perempuan,dan sebagainya.
5.Sinestesia
Makna kata yang timbulkarena tanggapan dua indera yang berbeda.
Contoh:Namanya harum
6.Asosiasi
Makna kata yang timbul karena persamaan sifat.
Contoh:Hati-hati menghadapi tukang catut di bioskop itu.
( indonesialanguage.blogspot.com )
Senin, 04 April 2011
A NIGHTMARE ON ELM STREET
Date Released : 30 April 2010
Quality : BRRip
Info : imdb.com/title/tt1179056
Starring : Jackie Earle Haley, Katie Cassidy, Thomas Dekker
Samuel Bayer (Director &produser)
Genre : Horror | Mystery
Legenda tentang Freddy Krueger (Jackie Earle Haley) memang tak pernah ada habisnya. Arwah gentayangan pria yang semula adalah pembunuh anak-anak ini terus menghantui. Hampir tak ada yang bisa lepas dari kekejaman Freddy karena ia mampu membunuh siapa pun hanya melalui mimpi.
Semasa hidupnya, Freddy Krueger adalah pembunuh yang telah membantai berpuluh-puluh anak. Nasib pria yang suka mengenakan topi ini akhirnya harus berakhir di tangan masa yang membakarnya hidup-hidup. Semula orang-orang mengira bahwa kekejaman Freddy sudah berakhir. Namun ketika beberapa remaja mulai dihantui mimpi buruk tentang pria bertopi dengan cakar yang terbuat dari pisau, barulah mereka sadar bahwa ancaman Freddy belum berakhir.
Serangkaian peristiwa brutal ini berawal ketika Nancy Thompson (Rooney Mara) mulai mengalami mimpi buruk dikejar-kejar pria bertopi. Penasaran dengan mimpi buruknya ini, Nancy pun mulai mencari tahu masa lalu kota tempat tinggalnya. Dari sana Nancy mulai menyadari bahwa orang yang ada di dalam mimpinya adalah Freddy Krueger yang telah meninggal beberapa tahun silam. Celakanya, Freddy kini memiliki kemampuan untuk membunuh lewat mimpi yang artinya Nancy dan teman-temannya tak lagi bisa tidur sampai mereka menemukan cara untuk mengalahkan Freddy.
Selain FRIDAY THE 13TH, urban legend lain yang juga sama populernya adalah A NIGHTMARE ON ELM STREET. Saking populernya legenda ini sampai difilmkan sebanyak 9 kali dan masih dianggap cukup prospektif mendatangkan uang. Kali ini bukan kelanjutan dari FREDDY VS. JASON yang dibuat namun remake dari bagian pertama yang muncul di tahun 1984 lalu. Kenapa remake? Alasan satu-satunya yang cukup masuk akal adalah tidak adanya lagi ide baru dan dengan perkembangan teknologi dunia film saat ini maka kemungkinan membuat 'versi perbaikan' dari bagian pertama memang terbuka lebar.
Relevan? Tidak juga. Selain kemungkinan membuat film ini lebih bagus dari sisi visual memang tidak ada alasan untuk membangkitkan lagi legenda Freddy Krueger. Dari sisi cerita kita semua jelas sudah tak asing lagi, apalagi remake ini juta tak berusaha membuat penafsiran baru selain menambahkan status paedofil pada Freddy yang semula hanya suka membunuh anak-anak.
Dari sisi akting, tak banyak yang bisa diharapkan dari film seperti ini. Tapi kalau mau berharap, bisa jadi film ini pun akan mengantar salah satu pendukungnya ke jajaran aktor/aktris papan atas seperti yang terjadi pada versi tahun 1984. Kalau versi pertama kemudian mengantarkan nama Johnny Depp, siapa yang kira-kira bakal naik pamornya kali ini?
Kelemahan ini dalam cerita tersebut, yang baik rutin dan tunduk pada penyimpangan berat dalam logika, terutama karena mendekati akhir. Karakter juga bermasalah, mereka mungkin tidak seperti pemuda bermoral dari pedang film rata-rata remaja (dan untuk itu, aku bersyukur), tetapi mereka sangat lembut, yang telah diberikan sedikit di jalan kepribadian dan kedalaman. Memang, aku juga akan menguras energi jika saya menghabiskan seluruh waktu saya mencoba untuk tetap terjaga. Setelah bunuh diri seorang siswa SMA di kantin, teman-teman sekelas Kris Fowles (Katie Cassidy), Jesse Braun (Thomas Dekker), Quentin Smith (Kyle Gallner), dan Nancy Holbrook (Rooney Mara) semua mulai mengalami mimpi buruk. Aneh bahwa mereka semua bermimpi hal yang sama: Seorang pria membakar mengenakan sarung tangan mencakar di tangan kanannya.
Tidak ada lagi plot perlu dijelaskan. Kita semua tahu tentang Freddy Krueger, baik sebagai iblis mimpi dan sebagai manusia ia berada di dunia nyata. Mengambil kendali dari Robert Englund adalah Jackie Earle Haley, yang cocok dengan peran sempurna. Tidak ada ekspresi nya muncul, karena wajahnya adalah baik terkubur di bawah satu ton make up dan sebagian besar disimpan dalam bayangan. Namun, make up dan pencahayaan adalah ekspresi dalam dan dari diri mereka sendiri, dan mereka benar-benar melakukan kejahatan semata-mata menyampaikan karakternya. Anda tidak akan melihat ini Krueger Freddy mengubah siapa pun menjadi kecoa dan squashing mereka di sebuah motel kecoa, menjebak siapa pun dalam permainan video dan bermain mereka sampai mati, atau menggorok lengan seseorang dan kaki dan menggunakan pembuluh darah mereka untuk memindahkan mereka bersama seperti boneka - yang Tujuan dari film ini adalah untuk menakut-nakuti Anda, tidak membuat Anda tertawa.
Kalau saja para pembuat film telah dibuat lebih dari usaha dengan skenario, yang pada saat ini sangat tidak konsisten. Ketika Nancy dan Quentin menghadapi orang tua mereka karena tidak akan datang tentang Krueger, misalnya, mereka mengatakan bahwa itu hanya dalam upaya untuk menjaga mereka dari mengingat. "Dari mengingat apa?" Nancy memohon. Kami akhirnya mencari tahu, meskipun kita dapat menemukan diri kita bingung, karena tampaknya sangat tidak mungkin bahwa ada orang yang bisa melupakan peristiwa emosional seperti besarnya luar biasa. Dan kemudian ada mengakhiri, aku, tentu saja, tidak akan memberikan apa pun. Tapi aku akan mengatakan bahwa hal itu menimbulkan pertanyaan serius mengenai sifat keberadaan Krueger dan mengapa karakter tertentu melakukan apa yang mereka lakukan karena itu.
Aturan apa mereka bermain oleh, di sini? Sampai saat itu, kisah itu lebih atau kurang dalam bidang akal sehat. Banyak orang akan melihat film ini dan mengatakan bahwa hal itu buruk. Saya mengambil pendekatan bahwa itu bisa saja lebih buruk. Itu mungkin tidak banyak pujian, tapi di sana Anda memilikinya. Ada unsur film ini saya suka banyak - set, pencahayaan, makeup, efek khusus, nada serius, kinerja mengancam Haley. Dangkal, katamu? Aku rasa kau benar, namun perlu diingat bahwa ini adalah film horor, yang berarti bahwa jika akan bermain menakutkan (dan tidak bermain menakutkan), mungkin juga terlihat menakutkan juga. Adapun para aktor selain Haley, saya akan mengatakan bahwa mereka melakukan yang terbaik mereka bisa mengingat kekurangan materi. Kebanyakan, mereka hanya pergi dari satu adegan ke depan dengan ekspresi permafrost kengerian di wajah mereka, yang mungkin menyenangkan untuk melihat dari waktu ke waktu, tapi akhirnya, ada tidak datang suatu saat ketika kita perlu sedikit karakter dan pembangunan yang lebih.
"A Nightmare on Elm Street" ini tidak berarti sebuah film besar, tapi saya pikir lebih baik daripada beberapa telah mengusulkan. Namun, saya tidak bisa tidak bertanya-tanya apakah ada akan menjadi seri film yang sama sekali baru, dan jika hanya akan terus akan menurun. Hal terakhir yang saya ingin lihat adalah mengerikan tampak Jackie Earle Haley melakukan konyol sesuatu di layar, seperti Robert Englund harus dilakukan selama lima sekuel dan sebuah spin-off (saya dibebaskan "Baru Wes Craven's Nightmare," contoh yang benar-benar menyerap dari sinematik metafiction). Begitu angkuh dengan franchise horor mapan akan benar-benar menjadi mimpi buruk.